Hidup Mati Demi Injil

Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil! Itulah seruan Paulus yang mengungkapkan bahwa ia tidak dapat hidup tanpa memberitakan Injil. Asalkan Injil dapat diberitakan, ia rela melepaskan hak yang melekat padanya sebagai rasul. Ia rela tidak didampingi isteri (9:4). Ia (dan Barnabas) rela bekerja untuk mendapatkan penghidupan (9:5-7). Ia rela tidak diupah (9:11-14). Padahal, Paulus berhak mendapatkan semua itu karena ia mampu membuktikan dirinya sebagai rasul yang sah (9:1-3). Taurat mengajarkan bahwa setiap pelayan berhak mendapat upah (9:8-10). Selain itu, ia berpikir kreatif untuk mengatasi halangan dan memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil (9:19-23). Ia memanfaatkan latar belakang kebudayaan (9:19-20), latar belakang keyakinan agama (9:20-21), dan kondisi iman seseorang (9:22) untuk menjadi jembatan bagi pekabaran Injil.

Teladan yang Paulus tinggalkan bagi kita adalah bahwa ia bukan hanya memiliki kerinduan besar untuk memberitakan Injil, tetapi ia mewujudkan keinginannya dengan usaha yang sungguh-sungguh, bahkan ia rela berkurban asal Injil dapat diberitakan.

Berkaitan dengan pemberitaan Injil, umat Kristen hari ini terbagi menjadi empat kelompok. Pertama, orang yang tidak peduli dengan pelayanan pemberitaan Injil. Kedua, orang yang punya keinginan memberitakan Injil, tapi tidak pernah berusaha menjalankannya. Ketiga, orang yang mengabarkan Injil secara ala kadarnya. Keempat, orang yang sungguh-sungguh berusaha dan rela berkurban untuk mengabarkan Injil. Yang terbaik dan Tuhan kehendaki tentu adalah kelompok keempat. Termasuk kelompok manakah Anda? Apa halangan Anda dalam memberitakan Injil dan usaha apakah yang sudah Anda lakukan untuk mengatasinya? [TF]